Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini dapat dimengerti karena kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C5H8).
Sintesis Terpenoid Jalur Sintesis Plastidal
Untuk jalur sintesis plastidal, prekursor adalah piruvat dan
D-gliseraldehida-3-fosfat. Seperti dalam piruvat dehidrogenase piruvat reaksi
yang dekarboksilasi melalui pirofosfat tiamin (TPP), dan kemudian, seperti
dalam reaksi transketolase ditransfer ke D-gliseraldehida-3-fosfat untuk
menghasilkan 1-deoksi-D-xylulose-5-fosfat (DOXP) . Setelah isomerisasi dan
pengurangan oleh NADPH, 2-C-metil-Derythritol-4-fosfat (MEP) disintesis. MEP kemudian
diaktifkan dengan bereaksi dengan CTP untuk menghasilkan metil CDP erythriol.
Dua langkah pengurangan lebih lanjut, diikuti oleh dehidrasi dan fosforilasi,
akhirnya menghasilkan pirofosfat isopentenil. Jalur MEP-sintase untuk
isoprenoidnya hadir dalam bakteri, ganggang, dan tanaman, tetapi tidak pada
hewan. Sebagian besar dari isoprenoidnya tanaman, termasuk isoprena
hemiterpene, monoterpen seperti pinene dan limonene, diterpen (misalnya, rantai
fitol, giberelin, asam abietic sebagai konstituen oleoresin) serta
tetraterpenes (karotenoid) disintesis melalui jalur sintase MEP terletak di
plastida. Juga, rantai samping dari klorofil dan plastoquinone disintesis oleh
jalur ini. Seskuiterpen dan triterpen, di sisi lain, menurut pengetahuan kita
sekarang disintesis oleh jalur mevalonate dalam sitosol.
Pada Sintesis terpenoid melalui jalur plastidal membentuk senyawa Isopentenyl Pyrophosphat setelah melalui beberapa tahapan seperti gambar diatas. Mengapa ikatan rangkap pada senyawa tersebut terdapat pada atom C nomor 1 ?
BalasHapuspada atom C1 pada senyawa Isopentenyl Pyrophosphat merupakan alkena. Alkena dapat diperoleh dari dehidrasi alcohol, yaitu suatu reaksi penghilangan air. Alcohol primer, sekunder, maupun tersier dapat dilakukan dehidrasi sehingga menghasilkan alkena. Dihidrasi dilakukan dengan adanya asam sulfat maupun asam kuat lainnya.
BalasHapusmengapa ikatan rangkap hanya pada atom C1, karena atim C1 merupakan alkohol primer, sehingga lebih mudah direduksi menjadi alkena hanya pada suhu 60oC. alohol skunder maupun tersier memerlukan suhu yang tinggi untuk menjadi alkena, yaitu sekitar 100-160oC